Rabu, 10 Desember 2008

Abstrak_Strukturalisme Srinthil



Aplikasi Linguistik Struktural dalam Membelah Dunia Sastra
(Sentralitas Srinthil dalam Ronggeng Dukuh Paruk)
Khristianto
Fakultas Sastra, UMP
rezalx@yahoo.com

Tzvetan Todorov menggunakan strukturalisme “as an instrument for negotiating the passage from an initial state of equilibrium, through an action or event disturbing that initial state, to a terminal state in which equilibrium is reestablished but on other grounds” (1968 via Herman:2000). Melalui naratologinya, Todorov menerapkan teori-teori linguistik struktural untuk memahami karya-karya sastra. Aplikasi strukturalisme serupa juga dilakukan oleh Levi Strausse untuk memahami ribuan mitos yang ia kumpulkan dari suku-suku primitif di Amerika Latin. Dengan jalan serupa Ahimsa Putra (2006) menerapkan strukturalisme gaya Strausse untuk mengkaji dongeng dan narasi-narasi folklore, bahkan karya sastra.
Kajian ini mencoba meniru penerapan pisau bedah serupa untuk memahami relasi para tokoh dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (RDP) karya Ahmad Tohari--sebuah trilogi yang sangat bermuatan nilai-nilai lokal baik sebagai latar atau setting cerita. Sang penulis, Ahmad Tohari, yang memang merupakan bagian dari budaya sebagai inang dari nilai-nilai lokal itu berupaya menghidupkan segala nilai yang melekat dalam tradisi ronggeng yang berkembang dalam budaya Banyumasan, atau lebih tepatnya budaya Bagelen, karena ronggeng atau lengger bukan hanya hidup di Banyumas, tetapi juga di Banjarnegara dan juga di wilayah Jawa Tengah bagian Barat-Selatan lain.
Dari analisa struktural atas dongeng ronggeng yang digubah oleh Ahmad Tohari, diperlihatkan bagaimana masing-masing tokoh berelasi dalam ceriteme-ceriteme yang kadang sama dan di sisi lain memiliki perbedaan. Posisi-posisi yang ditempati oleh karakter dalam cerita terbukti bisa terhubung dari peran-peran yang mereka tempati dan masing-masing memiliki fitur-fitur untuk menyatukan dan membedakan. Srinthil menempati posisi sentral yang menghubungkan semua tokoh lain dalam RDP. Oposisi biner tampak dari analisa atas para klien dari profesi Srinthil sebagai ronggeng. Tampak juga ternyata Srinthil dan Rasus merupakan dua tokoh yang memiliki posisi serupa bagi desanya, Dukuh Paruk. Keduanya seakan merupakan transformasi sebagai tokoh ideal. Terakhir, pengalaman yang dialami oleh para tokoh penting menggambarkan perspektif pengarang akan perilaku penguasa saat itu terhadap peristiwa G 30 S PKI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar